Yang
dimaksud dengan Teori Organisasi adalah suatu konsepsi, pandangan, tinjauan,
ajaran, pendapat atau pendekatan tentang pemecahan masalah organisasi sehingga
dapat lebih berhasil sehingga organisasi dapat mencapai sasaran yang
ditetapkan.yang dimaksud dengan masalah adalah segala sesuatu yang memerlukan
pemecahan dan pengambilan keputusan. Sesuatu yang tidak memerlukan pemecahan
bukan merupakan masalah. Oleh karena itu yang dimaksud dengan masalah
organisasi adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan kepentingan
organisasi yang memerlukan pemecahan dan pengambilan keputusan. Masalah yang
dihadapi oleh organisasi sangat kompleks dan setiap masalah memerlukan
pemecahan tersendiri. Usaha untuk memecahkan berbagai kajian untuk lebih
memahami efektivitas organisasi. Dari usaha intelektual itu kemudian
berkembanglah berbagai teori organisasi dengan berbagai kaidah dan rumusnya.
(Wursanto, 2002:259)
Terdapat
9 (sembilan) macam teori organisasi (Wursanto, 2002:259), yaitu:
1.
Teori Organisasi Klasik
Teori
organisasi klasik disebut juga teori organisasi tradisional, teori organisasi
spesialisasi, teori formalism, teori struktur (the structure theory of organization). Teori klasik muncul sebagai
akibat dari usaha yang ditempuh untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
organisasi dengan menentukan prinsip-prinsip yang dapat dipergunakan sebagai
pedoman bagi para manajer dalam melaksanakan tugas. Prinsip-prinsip ini
memberikan pedoman kepada manajer untuk menyusun suatu sistem tugas dan
wewenang. Prinsip-prinsip ini merupakan prinsip umum yang dapat diterapkan pada
setiap organisasi apapun sehingga merupakan prinsip yang bersifat universal.
Terdapat 10 (sepuluh) macam prinsip organisasi (Wursanto, 2002:261), yaitu:
a. Prinsip penetapan tujuan yang jelas
b. Prinsip kesatuan perintah (the principle of unity of command)
c. Prinsip keseimbangan
d. Prinsip pendistribusian pekerjaan (the principle of distribution of work)
e. Prinsip rentangan pengawasan (the principle of span of control)
f. Prinsip pelimpahan wewenang (the principle of delegation of authority)
g. Prinsip departementasi (the principle of departementation)
h. Prinsip penempatan pegawai yang tepat (the principle of the right man in the right
place)
i. Prinsip koordinasi (the principle of coordination)
j. Prinsip pemberian balas jasa yang memuaskan
2.
Teori Birokrasi
Dalam
arti yang netral birokrasi berarti suatu pemerintahan yang dijalankan melalui
biro-biro. Keterlambatan pelayanan atau tidak baiknya pelayanan kepada
masyarakat sebenarnya bukan disebabkan oleh birokrasi tetapi disebabkan kurang
baiknya birokrasi. Birokrasi sebenarnya merupakan inti daripada setiap
organisasi modern, kkarena tanpa birokrasi yang baik dan kuat, organisasi tidak
akan dapat berjalan.
Pada dasarnya teori organisasi birokrasi menyatakan bahwa
untuk mencapai tujuan, organisasi harus menjalankan strategi (Wursanto, 2002:263), sebagai
berikut:
a. Pembagian dan penugasan pekerjaan secara khusus sehingga para
pemegang pekerjaan dapat menjadi ahli dalam pekerjaan masing-masing. Strategi
ini dikenal dengan prinsip spesialisasi.
b. Setiap anggota hanya bertanggung jawab secara langsung kepada
seorang atasan (satu orang satu atasan langsung = one man one leader atau
one man one boss). Strategi ini dikenal dengan prinsip rantai komando atau
prinsip hirarki.
c. Promosi didasarkan pada masa kerja dan prestasi kerja, dan
dilindungi dari pemberhentian sewenang-wenang. Strategi ini dinamakan prinsip
loyalitas.
d. Setiap
pekerjaan dilaksanakan secara zakelijk, dalam arti tidak memandang bulu,
tidak membeda-bedakan status sosial, tidak pilih kasih. Strategi ini dinamakan prinsip
impersonal.
e. Tiap-tiap tugas dan pekerjaan dalam organisasi dilaksanakan
menurut suatu sistem tertentu berdasarkan kepada data peraturan yang abstrak.
Berdasarkan kepada tata-aturan yang abstrak itu akan diperoleh keseragaman atau
uniformitas dan koordinasi dari setiap tugas dan pekerjaan yang berbeda-beda.
Strategi yang demikian dikenal dengan prinsip uniformitas.
3.
Teori Organisasi Human
Relations
Teori organisasi human
relations disebut juga teori hubungan kemanusiaan, teori hubungan antar
manusia, teori hubungan kerja kemanusiaan, atau the human relations theory. Teori organisasi hubungan
kemanusiaan berangkat dari suatu anggapan bahwa dalam kenyataan sehari-hari
organisasi merupakan hasil dari hubungan kemanusiaan (human relations). Teori ini beranggapan bahwa
organisasi dapat diurus dengan baik dan dapat mencapai sasaran yang ditetapkan
apabila di dalam organisasi itu terdapat hubungan antar-pribadi yang serasi.
Hubungan itu dapat berlangsung antara pimpinan dengan pimpinan yang setingkat,
antara pimpinan dengan bawahan, antara bawahan dengan pimpinan, antara bawahan
dengan bawahan. Tujuan dilaksanakannya human relations ialah untuk mendapatkan
(Wursanto, 2002:264):
a.
Kepuasan
psikologis para karyawan.
b.
Moral yang
tinggi,
c.
Moral yang
tinggi,
d.
Disiplin
yang tinggi,
e.
Loyalitas
yang tinggi, dan
f.
Motivasi
yang tinggi.
Apabila di dalam organisasi ada kepuasan psikologis pada diri
para anggota, ada moral, disiplin dan motivasi yang tinggi, maka organisasi
akan dapat diurus dengan mudah, dan dapat berjalan lancar menuju sasaran yang
telah ditetapkan.
4. Teori
Organisasi Perilaku
Teori
organisasi perilaku atau The Behaviour Theory of Organization adalah
suatu teori yang memandang organisasi dari segi perilaku anggota organisasi.
Teori ini berpendapat bahwa baik atau tidaknya, berhasil atau tidaknya
organisasi mencapai sasaran yang telah ditetapkan adalah tergantung dari perilaku
atau sikap kelakuan (behaviour) dari para anggotanya. Dengan demikian
menurut teori ini masalah utama yang dihadapi organisasi adalah bagaimana mengarahkan
para anggota untuk berpikir, bersikap, bertingkah laku atau berperilaku
sebagai manusia organisasi yang baik. Yang dimaksud dengan
perilaku dapat berupa sikap, tindakan atau tingkah laku. Perilaku dapat dibagi
menjadi tiga macam, yaitu: a. perilaku formal, b. perilaku informal, c. perilaku
non formal. (Wursanto, 2002:265)
5. Teori
Organisasi Proses
Teori organisasi proses atau The Process Theory of
Organization adalah suatu teori yang memandang organisasi sebagai proses
kerja sama antara sekelompok orang yang tergabung dalam suatu kelompok formal (Wursanto, 2002:266). Oleh karena itu teori ini memandang organisasi
dalam arti dinamis, selalu bergerak dan di dalamnya terdapat pembagian tugas
dan prinsip-prinsip yang bersifat umum, universal.
6. Teori Organisasi Kepemimpinan
Kepemimpinan atau leadership
adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain (para pengikut, para
bawahan) sehingga orang lain mau mengikuti apa yang menjadi kehendaknya. Orang
yang mampu mempengaruhi orang lain sehingga mau mengikuti kehendaknya disebut
pemimpin atau leader. Teori ini beranggapan bahwa berhasil tidaknya
organisasi mencapai tujuan tergantung dari sampai seberapa jauh seorang
pemimpin mampu mempengaruhi para bawahan sehingga mereka mau bekerja dengan
semangat yang tinggi dan tujuan organisasi dapat dicapai secara efisien dan
efektif. Teori organisasi kepemimpinan dapat dibedakan menjadi : a. teori
otokratis, b. teori demokratis, c. teori kebebasan, d. teori paternalisme, e. teori
personal, dan f. teori non-personal. (Wursanto, 2002:267)
7. Teori
Organisasi Fungsi
Pada dasarnya fungsi adalah sekelompok tugas atau kegiatan
yang harus dijalankan oleh seseorang yang mempunyai kedudukan sebagai pemimpin
atau sebagai manajer guna mencapai tujuan organisasi. Teori ini dilandaskan
suatu pemikiran bahwa segala aktivitas dalam organisasi akan dapat berjalan
lancar dan berhasil mencapai tujuan seperti yang telah ditetapkan apabila
pimpinan organisasi mampu menjalankan sekelompok kegiatan yang telah menjadi
fungsi dari seorang manajer yang terdiri dari: kegiatan menyusun perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), memberikan motivasi atau pemberian
bimbingan (motivating), pengawasan (controlling), dan pengambilan keputusan (decision making). (Wursanto, 2002:268)
8. Teori
Pengambilan Keputusan
Teori ini berlandaskan kepada suatu pemikiran bahwa berhasil
tidaknya organisasi mencapai tujuan yang telah ditentukan tergantung dari
berbagai keputusan yang dibuat oleh para pejabat di setiap tingkatan, baik
keputusan di tingkat puncak (keputusan administratif), keputusan di tingkat
menengah (keputusan eksekutif), maupun keputusan di tingkat bawah (keputusan operatif).
(Wursanto, 2002:271)
9. Teori
Kontingensi
Teori kontingensi (contingency theory) disebut
juga teori kemungkinan, teori lingkungan atau teori situasi. Setiap organisasi
apapun selalu menghadapi situasi tertentu. Situasi yang dihadapi setiap
organisasi berbeda-beda, baik organisasi pemerintah, organisasi niaga, maupun
organisasi sosial. Oleh karena itu teori kontingensi berlandaskan pada suatu
pemikiran bahwa pengelolaan organisasi dapat berjalan dengan baik dan lancar
apabila pemimpin organisasi mampu memperhatikan dan memecahkan situasi tertentu
yang sedang dihadapi. Tidak ada prinsip-prinsip umum yang berlaku untuk segala
situasi. Setiap situasi harus dianalisis sendiri. (Wursanto, 2002:272)
REFERENSI:
Wursanto. 2005. Dasar-dasar Ilmu Organisasi. Yogyakarta:
Andi.
Terimakasih sangat membantu
BalasHapus